"Together We Can"

Pages

Minggu, 05 April 2015

Menganalisis Butir Soal

BAB I
PENDAHULUAN

D.    Latar Belakang
Kegiatan menganalisis butir soal merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan mutu soal yang telah ditulis. Kegiatan ini merupakan proses pengumpulan, peringkasan, dan penggunaan informasi dari jawaban siswa untuk membuat keputusan tentang setiap penilaian (Nitko, 1996: 308). Tujuan penelaahan adalah untuk mengkaji dan menelaah setiap butir soal agar diperoleh soal yang bermutu sebelum soal digunakan. Di samping itu, tujuan analisis butir soal juga untuk membantu meningkatkan tes melalui revisi atau membuang soal yang tidak efektif, serta untuk mengetahui informasi embertic pada siswa apakah mereka sudah/belum memahami materi yang telah diajarkan (Aiken, 1994: 63). Soal yang bermutu adalah soal yang dapat memberikan informasi setepat – tepatnya sesuai dengan tujuannya di antaranya dapat menentukan peserta didik mana yang sudah atau belum menguasai materi yang diajarkan guru.
Tujuan utama analisis butir soal dalam sebuah tes yang dibuat guru adalah untuk mengidentifikasi kekurangan – kekurangan dalam tes atau dalam pembelajaran (Anastasi dan Urbina, 1997:184). Berdasarkan tujuan ini, maka kegiatan analisis butir soal memiliki banyak manfaat, di antaranya adalah: (1) dapat membantu para pengguna tes dalam evaluasi atas tes yang digunakan, (2) sangat relevan bagi penyusunan tes informal dan embe seperti tes yang disiapkan guru untuk siswa di kelas, (3) mendukung penulisan butir soal yang efektif, (4) secara materi dapat memperbaiki tes di kelas, (5) meningkatkan validitas soal dan reliabilitas (Anastasi and Urbina, 1997:172).
Disamping itu manfaat lainnya adalah: (1) menentukan apakah suatu fungsi butir soal sesuai dengan yang diharapkan, (2) ember masukan kepada siswa tentang kemampuan dan sebagai dasar untuk bahan diskusi di kelas, (3) ember masukan kepada guru tentang kesulitan siswa, (4) ember masukan pada aspek tertentu untuk pengembangan kurikulum, (5) merevisi materi yang dinilai atau diukur, (6) meningkatkan keterampilan penulisan soal (Nitko, 1996: 308-309).


 Linn dan Gronlund (1995: 315) juga menambahkan tentang pelaksanaan kegiatan analisis butir soal yang biasanya didesain untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan berikut ini. (1) Apakah fungsi soal sudah tepat? (2) Apakah soal ini memiliki tingkat kesukaran yang tepat? (3) Apakah soal bebas dari hal-hal yang tidak relevan? (4) Apakah pilihan jawabannya efektif? Lebih lanjut Linn dan Gronlund (1995: 3 16-318) menyatakan bahwa kegunaan analisis butir soal bukan hanya terbatas untuk peningkatkan butir soal, tetapi ada beberapa hal, yaitu bahwa data analisis butir soal bermanfaat sebagai dasar: (1) diskusi kelas efisien tentang hasil tes, (2) untuk kerja remedial, (3) untuk peningkatan secara umum pembelajaran di kelas, dan (3) untuk peningkatan keterampilan pada konstruksi tes. Berbagai uraian di atas menunjukkan bahwa analisis butir soal adalah: (1) untuk menentukan soal – soal yang cacat atau tidak berfungsi penggunaannya; (2) untuk meningkatkan butir soal melalui tiga komponen analisis yaitu tingkat kesukaran, daya pembeda, dan pengecoh soal, serta meningkatkan pembelajaran melalui ambiguitas soal dan keterampilan tertentu yang menyebabkan peserta didik sulit. Di samping itu, butir soal yang telah dianalisis dapat memberikan informasi kepada peserta didik dan guru.
B. Rumusan Masalah
            Dari latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan dibahas:
1.      Bagaimana menganalisis butir tes?
2.      Bagaimana menghitung indeks kesukaran butir tes?
3.      Bagaimana menghitung indeks daya beda butir tes?
4.      Bagaimana menganalisis keefektifan jawaban pengecoh?
C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui bagaimana menganalisis butir tes.
2.      Untuk mengetahui cara menghitung indeks kesukaran butir tes.
3.      Untuk mengetahui cara menghitung indeks daya beda butir tes.
4.      Untuk mengetahui bagaimana menganalisis keefektifan jawaban pengecoh.

D. Manfaat Pembahasan
            Adapun manfaat yang dapat diambil dari pembahasan makalah ini adalah menambah wawasan pengetahuan tentang bagaimana cara menganalisis butir tes.

BAB II
PEMBAHASAN

1.      Menganalisis Butir Tes
Dalam menganalisis butir tes akan dilihat karakteristiknya dan dipilih butir - butir yang baik. Butir yang baik adalah butir - butir yang karakteristiknya  memenuhi syarat sebagaimana kriteria  karakteristik butir yang baik. Adapun cara untuk memperbaiki proses belajar - mengajar yang paling efektif ialah dengan jalan mengevaluasi tes hasil belajar yang diperoleh dari proses belajar - mengajar itu sendiri. Dengan kata lain, hasil tes itu diolah sedemikian rupa sehingga dari hasil pengolahan itu dapat diketahui komponen - komponen manakah dari proses - mengajar itu yang masih lemah.
Pengolahan tes hasil belajar dalam rangka memperoleh proses belajar mengajar dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
     1.    Dengan membuat analisis soal (item analysis)
     2.    Dengan menghitung validitas dan keandalan tes
Menurut Thorndike dan Hagen (1977), analisis terhadap soal - soal tes yang telah dijawab oleh murid- murid mempunyai dua tujuan penting.
Pertama, jawaban - jawaban soal itu merupakan informasi diagnostik untuk meneliti pelajaran dari kelas itu dan kegagalan - kegagalan belajar, serta selanjutnya untuk membimbing ke arah cara yang lebih baik.
Kedua, jawaban - jawaban terhadap soal yang terpisah dan perbaikan (review) soal - soal yang didasarkan atas jawaban - jawaban itu merupakan basis bagi persiapan tes - tes yang lebih baik untuk tahun berikutnya.
Jadi tujuan khusus dari items analisis ialah mencari soal tes mana yang baik dan mana yang tidak baik, dengan membuat analisis soal, sedikitnya dapat mengetahui dari tiga segi  yang dapat diperoleh dari tiap soal, yaitu:
a.      Dari segi derajat kesukaran itemnya
b.      Dari segi daya pembeda itemnya
c.       Dari segi fungsi distraktornya.


2. Menghitung Indeks Kesukaran Butir Tes
      Analisis tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal tersebut tergolong mudah atau sukar. Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukan sukar atau mudahnya sesuatu soal. (Arikunto, 1999: 207). Tingkat kesukaran, disimbolkan dengan p , merupakan salah satu parameter butir soal yang sangat berguna dalam analisis soal. Tingkat kesukaran dapat dihitung dengan berbagai cara, yaitu (a) skala kesukaran linear, (b) skala bivariat, (c) indeks Davis, dan (d) proporsi menjawab benar (Bahrul Hayat, dkk., 1999). Secara matematis tingkat kesukaran yang dihitung dengan proporsi menjawab benar dirumuskan dengan:

Dengan keterangan B adalah banyak peserta tes yang menjawa benar, dan N jumlah peserta tes yang menjawab. Dengan rumus tersebut, maka dapat diketahui bahwa jika p mendekati 0, maka soal tersebut terlalu sukar, sedang jika p mendekati 1 maka soal tersebut terlalu mudah. Soal yang terlalu mudah atau  erlalu sukar tidak dapat membedakan kemampuan peserta tes sehingga perlu dibuang.
            Menurut Allen dan Yen (1979) tingkat kesukaran butir soal sebaiknya antara 0,3 - 0,7. Pada rentang tersebut informasi tentang kemampuan siswa akan diperoleh secara maksimal. Namun angka tersebut perlu disesuaikan dengan tujuan pengembangan soal. Soal untuk keperluan seleksi, remidi, atau ulangan umum seharusnya mempunyai p yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan yang maksimal. Indeks klasifikasi indeks kesukaran seperti dibawah ini:
Sedangkan rumus untuk tes uraian:
Keterangan:
Tk : Indeks tingkat kesukaran butir soal
 SA : jumlah skor kelompok atas
SB : jumlah skor kelompok bawah
IA : jumlah skor ideal kelompok atas
IB : jumlah skor ideal kelompok bawah
Interpretasi Tingkat Kesukaran:
3. Menghitung Daya  Beda
Daya beda merupakan parameter butir soal yang memberikan informasi tentang seberapa besar butir soal tersebut dapat membedakan peserta tes yang skornya tinggi dan peserta tes yang skornya rendah. Daya beda dapat dihitung dengan beberapa cara antara lain dengan menghitung koefisien korelasi point biserial dan koefisien korelasi biserial. Korelasi point biserial secara matematis dirumuskan sebagai berikut.

Hubungan antara korelasi point biserial dengan korelasi biserial mengikuti rumus sbb:
Dengan keterangan rbis adalah koefisien korelasi biserial, y adalah ordinat p dalam distribusi normal, sedangkan simbol lain sama dengan keterangan sebelumnya. Nilai korelasi point biserial selalu lebih rendah dibanding dengan nilai korelasi biserial.
4.      Menganalisis Keefektifan Jawaban Pengecoh
Setiap tes pilihan ganda memiliki satu pertanyaan serta beberapa pilihan jawaban. Diantara pilihan jawaban yang ada, hanya satu yang benar. Selain jawaban yang benar tersebut, adalah jawaban yang salah. Jawaban yang salah itulah yang dikenal dengan distractor (pengecoh). Dengan demikian, efektifitas distraktor adalah seberapa baik pilihan yang salah tersebut dapat mengecoh peserta tes yang memang tidak mengetahui kunci jawaban yang tersedia. Semakin banyak peserta tes yang memilih distraktor tersebut, maka distaktor itu dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
Cara menganalisis fungsi distraktor dapat dilakukan dengan menganalisis pola penyebaran jawaban butir. Pola penyebaran jawaban sebagaimana dikatakan Sudijono (2005: 411) adalah suatu pola yang dapat menggambarkan bagaimana peserta tes dapat menentukan pilihan jawabannya terhadap kemungkinan-kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada setiap butir. Menurut Depdikbud (1993: 27) sebuah distraktor dapat dikatakan berfungsi dengan baik jika dipilih oleh paling sedikit 5% untuk 4 pilihan jawaban dan 3% untuk 5 pilihan jawaban. Sedangkan menurut Fernandes (1984: 29) distraktor dikatakan baik jika dipilih oleh minimal 2% dari seluruh peserta. Distraktor yang tidak memenuhi kriteria tersebut sebaiknya diganti dengan distraktor lain yang mungkin lebih menarik minat peserta tes untuk memilihnya.

Dalam setiap tes obyektif selalu digunakan alternative jawaban yang  mengandung dua unsur sekaligus yaitu jawaban yang tepat dan jawaban yang salah sebagai penyesat/ pengecoh (distraktor). Tujuan pemakaian distraktor sebagai pengecoh bagi yang kurang mampu untuk dapat dibedakan dengan yang mampu.
No. item
(kunci)
Klp


27%
Key / Distraktor
WL

WH
TK
DP
A
B
C
D
E
O
I
(A)
L
10
7
5
10
3
-
25
57
0,28
H
20
3
6
5
1
-
15
2
(B)
L
7
19
4
0
5
-
35
95,7
0,08
H
17
7
6
3
2
-
32
3
(A)
L
9
12
9
3
2
-
14
62,8
-0,4
H
0
5
20
5
5
-
30

Tabel diatas menunjukkan pemakaian distraktor yang kurang baik, sebab distraktor yang baik adalah yang dapat dihindari oleh anak-anak yang pandai dan terpilih oleh anak-anak yang kurang pandai.
Dari tabel analisis diatas ada beberapa yang dapat diketahui yaitu: 
  1. Pada umumnya alternatif jawaban sudah baik. 
  2. Pada item nomor 3, secara jelas peletakan kunci jawaban menjadai salah, sebab DP-nya menunjukkan angka negatif. 
  3. Alternatif jawaban A dan C perlu dikaji kembali.
Distraktor yang paling baik tidak harus terpilih oleh sedikitnya 2%. 
Ket     TK: tingkat yang ingin dicari
          WH: jumlah siswa yang menjawab salah dari kelompok
                 pandai
          WL: jumlah siswa yang menjawab salah dari kelompok
                 rendah
          DP: besarnya daya pembeda yang ingin dicari


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
      Cara untuk memperbaiki proses belajar - mengajar yang paling efektif ialah dengan jalan mengevaluasi tes hasil belajar yang diperoleh dari proses belajar - mengajar itu sendiri.      
Untuk mengetahui soal tes mana yang baik dan mana yang tidak baik, dengan membuat analisis soal, sedikitnya dapat mengetahui dari tiga segi  yang dapat diperoleh dari tiap soal, yaitu:
d.      Dari segi derajat kesukaran itemnya
e.       Dari segi daya pembeda itemnya
f.        Dari segi fungsi distraktornya.

B.     Saran
      Manfaatkanlah makalah ini untuk menambah khazanah pengetahuan dalam kajian evaluasi pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
Aiken, Lewis R. (1994). Psychological Testing and Assessment,(Eight Edition), Boston: Allyn and Bacon.
Anastasi. Anne and Urbina, Susana. (1997). Psicoholological Testing. (Seventh Edition). New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Linn, Robert L. and Gronlund, Norman E. (1995). Measurement and Assessment in teaching (Seventh Edition). Ohio: Merrill, an immprint of Prentice Hall.
Nitko, Anthony J. (1996). Educational Assessment of Students, Second Edition. Ohio: Merrill an imprint of Prentice Hall Englewood Cliffs.
Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada)



0 komentar:

Posting Komentar